Anjrahweb.com – Penasaran, Bagaimana Cara Agar Tulisan AI Tidak Terdeteksi? Ya, bikin ‘semanusiawi’ mungkin.
Paling singkat jawabannya pakai saja software software humanizer AI, tapi itu jelas berbiaya kalau dokumennya panjang.
Kalau mau tanpa keluar biaya, ya mainkan promptnya dengan tiga elemen yang aku bahas ini.
Apa saja trik trik supaya tulisan hasil output dari AI jauh lebih manusiawi?
Cara Agar Tulisan AI Tidak Terdeteksi? Buat Jadi Unik!
Bayangin kamu punya mie instan.
ChatGPT itu ibarat mie instannya.
Kamu tinggal bilang:
“ChatGPT, bikinin tulisan tentang pentingnya digital marketing.”
Langsung jadi, ting! — mie instan siap saji.
Tapi… Kalau kamu cuma tuang air panas, masukin bumbu, ya rasanya standar aja kan?
Nah, kalau kamu tahu cara olah bumbu tambahan, tambahin topping, tambahin teknik plating, dan tahu mau kasih rasa gurih, pedas, creamy, atau smoky…
Tiba-tiba mie instanmu bisa naik level kayak buatan chef 😋.
Begitu juga dengan tulisan dari ChatGPT.
Kalau kamu ngerti:
- 🎙️ Tone of voice = mau dibikin gaya bicara siapa?
- ✍️ Writing style = mau ditulis ala cerpen, esai, artikel populer, atau laporan akademik?
- 🎓 Academic writer level = seberapa “berat” atau “ringan” sih bahasa dan kedalaman kontennya?
Maka tulisan dari ChatGPT akan terasa jauh lebih nikmat, dan terasa manusiawi banget. Gak kaku, gak mbulet, dan tetap informatif sesuai tujuanmu.
Tentu saja, ‘nggak akan jadi konten seribu umat’, ya inilah bagian dari kiat Cara Agar Tulisan AI Tidak Terdeteksi.
Apa Sih 3 Hal Ini?
Kita jelasin satu satu
🎙️ 1. Tone of Voice = Nada Bicara
Ini kayak kamu lagi ngobrol ke siapa, dan pakai nada seperti apa.
- 👶 Ke anak kecil → santai, ceria, banyak analogi
- 📚 Ke akademisi → serius, penuh referensi
- 💼 Ke klien → sopan, to the point, bisa persuasi
Contoh:
“Kesehatan adalah investasi masa depan”
→ Kalau disampaikan dengan tone motivator:
“Bayangin kalau kamu sehat di usia 70-an. Bisa main bareng cucu, jalan-jalan, bahkan bisnis tetap jalan. Nah, itulah kenapa kesehatan bukan beban. Tapi investasi.”
✍️ 2. Writing Style = Gaya Nulis
Gaya ini bisa bentuk penulisan:
- 📖 Naratif → cerita ngalir kayak ngobrol
- 🔍 Deskriptif → kaya detail, banyak penjabaran
- 🧠 Argumentatif → kayak debat, banyak opini kuat + data
- 🎯 Persuasif → pengaruhin orang buat ngelakuin sesuatu
Contoh:
Judul: “Kenapa Orang Harus Belajar Digital Marketing?”
Kalau pakai naratif: cerita pengalaman dulu belajar digital marketing
Kalau pakai argumentatif: data, studi kasus, perbandingan
Kalau pakai persuasif: ajakan + fear of missing out + benefit
🎓 3. Academic Writer Level = Kedalaman & Struktur
Ini ibarat kamu milih kelas berat atau ringan-nya tulisanmu:
- 🍼 Level Pemula: bahasa awam, pakai contoh sehari-hari
- 📘 Level Menengah: mulai pakai istilah teknis, tapi tetap dijelaskan
- 🎓 Level Expert: pakai istilah berat, struktur formal, referensi ilmiah
Contoh:
- Pemula: “AI itu kayak robot pintar yang bisa bantu kamu kerja lebih cepat.”
- Menengah: “Artificial Intelligence adalah teknologi yang meniru proses berpikir manusia dengan cara komputasi data.”
- Expert: “Artificial Intelligence merujuk pada sistem komputasional yang mampu meniru proses kognitif manusia melalui pendekatan machine learning dan neural networks (Russell & Norvig, 2016).”
🧠 Kenapa Ini Penting Saat Pakai ChatGPT?
Karena ChatGPT itu ibarat asisten pribadi, tapi dia cuma bisa kasih yang “enak” kalau kamu kasih brief yang jelas.
“Tolong tulis dengan tone friendly, gaya naratif, dan level penulisan pemula, seolah menjelaskan ke murid SMP.”
Hasilnya bakal beda dengan:
“Tolong buat artikel formal dengan gaya akademik dan tone netral, target pembacanya dosen dan peneliti.”
Kita sebagai user, harus bisa ngarahin.
🎯 Tips Praktis Saat Nulis Prompt ke ChatGPT
- 👥 Sebutkan target audiens: anak SD? pebisnis? investor?
- 🎭 Tentukan tone: formal, santai, bercanda, motivatif?
- 🧱 Kasih gaya tulis: naratif, esai, studi kasus, atau tutorial?
- 🎓 Set level akademiknya: ringan? menengah? berat?
- 🧂 Boleh tambahkan “gaya penulis tertentu”:
Misal: “Gaya nulis kayak Raditya Dika” atau “seperti Neil Patel”
Koleksi 45 Tone Of Voice Dalam ChatGPT ala Coach Anjrah
Coach Anjrah kumpul-kumpulkan, ada paling tidak 45 tone of voice.
Supaya bisa mudah dicerna, kita bahas tiap tone of voicenya dengan format:
- ✍️ Makna/penjelasan
- 🎯 Kapan dipakai
- 🧠 Contoh prompt untuk ChatGPT
- 📎 Contoh hasil kalimat dengan tone tersebut
Oke siap lanjut? Gass ya!
🧩 1. Akrab (Familiar)
✍️ Gaya bicara santai kayak ngobrol sama temen dekat. Biasanya pakai bahasa sehari-hari yang ringan.
🎯 Cocok buat konten media sosial, blog pribadi, atau edukasi yang ingin terasa dekat.
🧠 Prompt:
“Tolong jelaskan tentang digital marketing dengan tone yang akrab, seolah kamu ngobrol santai dengan teman nongkrong.”
📎 Contoh kalimat:
“Bro, pernah nggak sih ngerasa iklan di Instagram tuh kayak tahu isi hati kita? Nah, itu kerjaan si digital marketing.”
🧩 2. Ambisius (Ambitious)
✍️ Nada tulisan penuh tekad, menunjukkan impian besar dan fokus ke hasil luar biasa.
🎯 Cocok untuk konten motivasi, presentasi bisnis, atau sales pitch.
🧠 Prompt:
“Buatkan pembukaan artikel tentang visi perusahaan dengan tone ambisius.”
📎 Contoh kalimat:
“Kami tidak sekadar ingin bersaing. Kami ingin memimpin. Menjadi tolok ukur di industri ini.”
🧩 3. Asertif (Assertive)
✍️ Jelas, tegas, tanpa ragu. Bukan agresif, tapi tahu apa yang diyakini dan disampaikan dengan percaya diri.
🎯 Cocok untuk opini, ajakan, pernyataan sikap.
🧠 Prompt:
“Buat pernyataan perusahaan tentang komitmen terhadap data privacy, dengan tone asertif.”
📎 Contoh kalimat:
“Kami tidak akan kompromi soal keamanan data pelanggan. Ini prinsip, bukan pilihan.”
🧩 4. Ceria (Cheerful)
✍️ Gembira, semangat, dan positif. Banyak dipakai dalam copy iklan yang menyenangkan.
🎯 Cocok untuk brand anak muda, edukasi anak, promosi event.
🧠 Prompt:
“Tolong buatkan caption promosi event musik dengan tone ceria.”
📎 Contoh kalimat:
“Siap-siap jingkrak bareng! Festival musik paling seru tahun ini bakal bikin kamu nggak bisa diem!”
🧩 5. Dingin (Cold)
✍️ Objektif, tanpa emosi, minim ekspresi. Terasa kaku, tapi kadang perlu untuk netralitas.
🎯 Cocok untuk laporan hasil riset, deskripsi produk teknis, atau konten legal.
🧠 Prompt:
“Tuliskan penjelasan spesifikasi alat laboratorium dengan tone dingin.”
📎 Contoh kalimat:
“Perangkat ini memiliki kapasitas 10 liter, dengan akurasi pengukuran 0.01 gram. Tidak disarankan digunakan di atas suhu 70°C.”
🧩 6. Dramatis (Dramatic)
✍️ Gaya yang melebih-lebihkan untuk efek emosional. Fokus ke kejutan, konflik, atau ‘wow factor’.
🎯 Cocok untuk storytelling, trailer, atau konten viral.
🧠 Prompt:
“Buat pembukaan artikel kisah sukses UMKM dengan tone dramatis.”
📎 Contoh kalimat:
“Dulu, ia hanya punya satu meja dan dua kursi. Kini, ia ekspor ke 5 negara. Ini bukan kisah dongeng — ini nyata.”
🧩 7. Emosional (Emotional)
✍️ Mengungkapkan perasaan secara mendalam, menyentuh hati pembaca.
🎯 Cocok untuk testimonial, kisah perjuangan, konten sosial.
🧠 Prompt:
“Tulis cerita tentang perjuangan seorang ibu membangun usaha kecil dari rumah, dengan tone emosional.”
📎 Contoh kalimat:
“Tangannya gemetar saat membuka warung pertamanya. Tapi senyum anak-anaknya yang kelaparan jadi alasan dia tak menyerah.”
🧩 8. Empatik (Empathetic)
✍️ Penuh pengertian, mengakui perasaan dan kondisi orang lain dengan tulus.
🎯 Cocok untuk surat dukungan, respon customer service, atau pesan kemanusiaan.
🧠 Prompt:
“Buatkan respon email untuk pelanggan yang kecewa karena produk rusak, dengan tone empatik.”
📎 Contoh kalimat:
“Kami sangat memahami kekecewaan Anda. Tidak ada yang lebih kami inginkan selain memastikan Anda merasa puas dan dihargai.”
🧩 9. Formal (Formal)
✍️ Menggunakan bahasa baku, struktur kalimat rapi, dan sopan. Nada netral dan profesional.
🎯 Cocok untuk dokumen resmi, surat perusahaan, jurnal akademik, atau komunikasi bisnis.
🧠 Prompt:
“Tuliskan surat pengantar proposal kerja sama antar institusi dengan tone formal.”
📎 Contoh kalimat:
“Dengan hormat, bersama surat ini kami sampaikan permohonan kerja sama dalam rangka pengembangan program pelatihan digital marketing di wilayah Jawa Barat.”
🧩 10. Humor (Humorous)
✍️ Menghibur, lucu, sering menggunakan permainan kata atau situasi konyol untuk menarik perhatian.
🎯 Cocok untuk media sosial, iklan kreatif, konten hiburan.
🧠 Prompt:
“Tulis caption promosi mie instan kekinian dengan tone humor.”
📎 Contoh kalimat:
“Kalau mantan susah dilupakan, mie ini lebih susah dilawan. Sekali slurp, langsung klepek-klepek!”
🧩 11. Informal (Informal)
✍️ Mirip dengan akrab atau kasual, tapi lebih lepas, kadang pakai singkatan, emoji, atau bahasa gaul.
🎯 Cocok buat anak muda, komunitas, campaign kreatif, obrolan DM.
🧠 Prompt:
“Tolong bikin story Instagram buat brand skincare remaja, pakai tone informal.”
📎 Contoh kalimat:
“Brayyy, muka glowing nggak harus mahal cuyy 😎 Skincare kita aman buat kantong, enak buat kulit!”
🧩 12. Informatif (Informative)
✍️ Fokus memberikan data atau pengetahuan, tanpa basa-basi yang terlalu banyak. Tapi tetap ramah dan enak dibaca.
🎯 Cocok untuk blog edukasi, infografis, atau presentasi fakta.
🧠 Prompt:
“Tolong jelaskan cara kerja QRIS dengan tone informatif.”
📎 Contoh kalimat:
“QRIS adalah sistem pembayaran digital yang menggabungkan berbagai metode QR code menjadi satu standar nasional. Dengan begitu, konsumen cukup scan satu kode, tanpa perlu tahu aplikasi merchant-nya.”
🧩 13. Inspire (Menginspirasi)
✍️ Mengangkat semangat, bikin pembaca merasa termotivasi untuk bertindak atau berubah.
🎯 Cocok untuk konten pengembangan diri, motivasi bisnis, ajakan donasi.
🧠 Prompt:
“Tulis caption ajakan belajar skill baru, dengan tone yang menginspirasi.”
📎 Contoh kalimat:
“Masa depan bukan milik mereka yang menunggu. Tapi milik mereka yang mulai belajar — bahkan dari hal kecil hari ini.”
🧩 14. Intim (Intimate)
✍️ Dekat, personal, kayak bisik-bisik rahasia atau surat buat sahabat dekat.
🎯 Cocok untuk email list private, komunitas eksklusif, pesan cinta/relasi.
🧠 Prompt:
“Buat email promosi khusus untuk member premium dengan tone intimate.”
📎 Contoh kalimat:
“Aku tulis ini bukan buat semua orang. Hanya kamu, yang udah nemenin kami dari awal. Ada hadiah kecil buatmu…”
🧩 15. Kasar (Gruff)
✍️ To the point, tajam, dan kadang terkesan keras atau nggak peduli. Biasanya buat efek kejut atau kejujuran brutal.
🎯 Cocok untuk brand edgy, konten satir, atau opini tajam (dengan kontrol).
🧠 Prompt:
“Bikin postingan kritis soal orang malas belajar, pakai tone kasar.”
📎 Contoh kalimat:
“Lo mau sukses tapi buka buku aja ogah? Nggak ada yang bisa nolongin lo selain diri lo sendiri, Bro.”
🧩 16. Kasual (Casual)
✍️ Netral tapi santai. Lebih kalem dari informal, lebih sopan dari akrab. Kayak ngobrol sama teman kantor.
🎯 Cocok untuk artikel blog, tutorial ringan, atau presentasi umum.
🧠 Prompt:
“Tulis pengantar eBook marketing digital dengan tone kasual.”
📎 Contoh kalimat:
“Di eBook ini, kita bakal bahas cara marketing digital yang gampang dimengerti — dan pastinya bisa langsung kamu praktikkan.”
🧩 17. Klinis (Clinical)
✍️ Objektif, netral, tanpa emosi. Fokus pada data, prosedur, atau hasil. Biasanya minim kata sifat.
🎯 Cocok untuk laporan medis, instruksi penggunaan alat, jurnal ilmiah.
🧠 Prompt:
“Tuliskan penjelasan efek samping obat dengan tone klinis.”
📎 Contoh kalimat:
“Pasien menunjukkan gejala mual ringan dalam 2–4 jam setelah pemberian dosis awal. Efek ini bersifat sementara dan tidak memerlukan intervensi tambahan.”
🧩 18. Konsultatif (Conversational)
✍️ Gaya ngajak ngobrol dua arah. Biasanya berisi pertanyaan atau ajakan mikir bareng.
🎯 Cocok untuk konten edukatif, coaching, webinar, atau brand yang ingin dekat dengan audiens.
🧠 Prompt:
“Buatkan artikel pembuka tentang pentingnya mengelola waktu, dengan tone konsultatif.”
📎 Contoh kalimat:
“Pernah merasa sehari itu kurang dari 24 jam? Mungkin kamu nggak sendirian. Yuk kita bahas bareng, apa yang bikin waktu kita sering bocor.”
🧩 19. Kontras (Contrast)
✍️ Menonjolkan dua sisi yang berbeda atau berlawanan untuk menekankan pilihan atau perubahan.
🎯 Cocok untuk sales page, before-after case study, konten pembanding.
🧠 Prompt:
“Buatkan copy iklan tentang manfaat rutin olahraga dengan tone kontras.”
📎 Contoh kalimat:
“Dulu, naik tangga satu lantai aja ngos-ngosan. Sekarang? Lari 5 km masih bisa senyum.”
🧩 20. Kreatif (Creative)
✍️ Penuh imajinasi, bisa bermain metafora, analogi, atau storytelling unik. Kadang out of the box.
🎯 Cocok untuk branding unik, kampanye awareness, penulisan fiksi, dan copywriting viral.
🧠 Prompt:
“Buat deskripsi produk minuman energi rasa semangka dengan tone kreatif.”
📎 Contoh kalimat:
“Rasanya kayak diguyur semangka dingin di tengah gurun Sahara — segar, nendang, dan bikin kamu bangkit dari zombie mode.”
🧩 21. Lembut (Nurturing)
✍️ Nada yang penuh kasih, menenangkan, dan suportif. Seperti pelukan dalam bentuk tulisan.
🎯 Cocok untuk konten parenting, edukasi anak, self-help, atau mental health.
🧠 Prompt:
“Tulis pesan motivasi untuk orang yang baru gagal ujian, dengan tone lembut.”
📎 Contoh kalimat:
“Nggak apa-apa, kamu sudah berusaha. Gagal itu bukan akhir. Itu tanda kamu masih punya kesempatan belajar dan tumbuh.”
🧩 22. Meyakinkan (Persuasive)
✍️ Membujuk secara halus maupun kuat agar pembaca mengambil tindakan. Penuh manfaat dan logika yang dibangun runtut.
🎯 Cocok untuk iklan, sales letter, landing page, copy untuk CTA.
🧠 Prompt:
“Tulis paragraf untuk ajakan ikut webinar bisnis online, dengan tone meyakinkan.”
📎 Contoh kalimat:
“Webinar ini dirancang untuk kamu yang ingin mulai bisnis tapi bingung dari mana. Dalam 2 jam, kamu akan punya roadmap jelas tanpa harus trial error berbulan-bulan.”
🧩 23. Optimis (Optimistic)
✍️ Nada positif, penuh harapan, dan melihat sisi terang dari segala situasi.
🎯 Cocok untuk CSR, public statement, konten motivasi, atau pesan komunitas.
🧠 Prompt:
“Tulis pengantar newsletter pasca pandemi dengan tone optimis.”
📎 Contoh kalimat:
“Dunia memang berubah. Tapi semangat kita tidak pernah padam. Justru di tengah tantangan, kita menemukan kekuatan baru.”
🧩 24. Pakar (Expert)
✍️ Nada yakin, berwibawa, dan menunjukkan kompetensi tinggi di bidang tertentu. Biasanya didukung fakta, istilah teknis, atau data.
🎯 Cocok untuk whitepaper, webinar profesional, edukasi niche, dan blog ahli.
🧠 Prompt:
“Buat artikel tentang algoritma Facebook Ads dengan tone pakar.”
📎 Contoh kalimat:
“Facebook Ads bekerja berdasarkan struktur auction yang kompleks. Iklan kamu bersaing di tiga level: relevance, estimated action rate, dan bid control. Tanpa memahami ini, scaling iklan akan jadi mimpi buruk.”
🧩 25. Penantang (Challenging)
✍️ Nada menantang pembaca untuk berpikir lebih jauh, keluar dari zona nyaman, atau bertindak.
🎯 Cocok buat edukasi kritis, motivasi ala coach, atau brand yang suka provoke berpikir.
🧠 Prompt:
“Buat caption tentang malas belajar skill digital, pakai tone penantang.”
📎 Contoh kalimat:
“Kamu punya HP canggih tapi masih bingung cari uang online? Mau sampai kapan mager jadi alasan?”
🧩 26. Penuh Semangat (Enthusiastic)
✍️ Nada ceria + power tinggi. Penuh antusiasme dan semangat membara.
🎯 Cocok buat campaign peluncuran produk, event, ajakan komunitas.
🧠 Prompt:
“Tulis ajakan ikut event workshop dengan tone penuh semangat.”
📎 Contoh kalimat:
“Yeaaay! Workshop yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga! Siap upgrade skill bareng kami?”
🧩 27. Percaya Diri (Confident)
✍️ Nada pasti, tidak ragu, menyatakan hal dengan keyakinan tinggi tanpa arogan.
🎯 Cocok untuk pitch, deskripsi produk unggulan, atau personal branding.
🧠 Prompt:
“Buat deskripsi diri di profil LinkedIn dengan tone percaya diri.”
📎 Contoh kalimat:
“Saya ahli dalam membangun tim digital dari nol. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, saya tahu cara mengubah ide jadi hasil nyata.”
🧩 28. Profesional (Professional)
✍️ Terdengar sopan, objektif, dan menunjukkan kompetensi. Tetap hangat tapi tidak terlalu personal.
🎯 Cocok untuk laporan, email bisnis, komunikasi antar organisasi.
🧠 Prompt:
“Tulis email balasan penawaran kerja sama yang ditolak secara halus, pakai tone profesional.”
📎 Contoh kalimat:
“Terima kasih atas penawaran yang telah disampaikan. Saat ini, fokus strategi kami belum mengarah pada bidang tersebut, namun kami sangat menghargai inisiatif Anda.”
🧩 29. Ringan (Lighthearted)
✍️ Gaya tulisan ringan, lucu tapi tidak sarkas. Cocok untuk santai-santai tapi tetap berisi.
🎯 Cocok untuk blog pribadi, konten lifestyle, newsletter friendly.
🧠 Prompt:
“Tulis pembuka newsletter tentang cuaca hujan, tone ringan.”
📎 Contoh kalimat:
“Cuaca lagi galau? Tenang, secangkir kopi dan cerita dari newsletter ini bisa jadi teman di hari-hari mendungmu.”
🧩 30. Penuh Gairah (Vibrant)
✍️ Energi tinggi + semangat + kesan “hidup banget”. Lebih ekspresif dari enthusiastic.
🎯 Cocok buat youth brand, musik, fashion, atau produk kekinian.
🧠 Prompt:
“Buat copy iklan sneakers limited edition dengan tone vibrant.”
📎 Contoh kalimat:
“Boom! Warna ini cuma rilis sekali. Dipakai di jalan, dilirik semua mata. Lo siap jadi pusat perhatian?”
🧩 31. Sedang (Medium)
✍️ Netral, tidak terlalu formal, tidak terlalu santai. Cocok untuk menjembatani dua dunia.
🎯 Cocok untuk artikel profesional tapi tetap enak dibaca awam.
🧠 Prompt:
“Buat artikel edukasi AI buat pemula, tone sedang.”
📎 Contoh kalimat:
“Artificial Intelligence kini makin mudah digunakan. Bahkan bisnis kecil pun bisa manfaatin AI untuk bantu kerja lebih cepat.”
🧩 32. Sensitif (Sympathetic)
✍️ Nada yang hati-hati, lembut, dan penuh pertimbangan terhadap kondisi emosional audiens.
🎯 Cocok untuk konten duka, pesan sosial, atau kondisi traumatis.
🧠 Prompt:
“Tulis pesan duka atas musibah banjir di daerah X, tone sensitif.”
📎 Contoh kalimat:
“Kami turut berduka atas musibah yang menimpa saudara-saudara kami di X. Semoga diberi kekuatan dan perlindungan dalam setiap langkah pemulihan.”
🧩 33. Serius (Serious)
✍️ Nada fokus, tidak bermain-main, mengajak pembaca berpikir dalam dan sadar situasi penting.
🎯 Cocok untuk konten sosial, pesan publik, edukasi berat.
🧠 Prompt:
“Buat artikel tentang pentingnya literasi finansial dengan tone serius.”
📎 Contoh kalimat:
“Kita hidup di zaman di mana keputusan keuangan bisa menentukan masa depan. Sayangnya, banyak orang belum sadar pentingnya hal ini.”
🧩 34. Soal Jawab (Questions)
✍️ Bertanya untuk mengajak mikir atau arahkan pembaca pelan-pelan ke solusi.
🎯 Cocok buat blog, webinar, sales page.
🧠 Prompt:
“Buat pembukaan sales page iklan untuk kursus online, tone soal-jawab.”
📎 Contoh kalimat:
“Pernah merasa stuck di pekerjaan sekarang? Ingin punya penghasilan tambahan tapi nggak tahu mulai dari mana?”
🧩 35. Sederhana Tapi Berbobot (Simple but Heavy)
✍️ Kata-kata simpel tapi mengandung filosofi, makna dalam, atau renungan hidup.
🎯 Cocok untuk motivasi, kutipan, dan konten kontemplatif.
🧠 Prompt:
“Tulis refleksi hidup setelah gagal, tone sederhana tapi berbobot.”
📎 Contoh kalimat:
“Kadang, yang bikin kita kuat bukan menang. Tapi karena kita pernah jatuh dan tetap memilih bangun.”
🧩 36. Spesifik (Straightforward)
✍️ Langsung ke pokok masalah, tanpa basa-basi. Praktis, padat, dan to the point.
🎯 Cocok buat SOP, tutorial, atau iklan dengan waktu singkat.
🧠 Prompt:
“Buatkan penjelasan cara mendaftar akun baru, tone spesifik.”
📎 Contoh kalimat:
“Klik tombol ‘Daftar’. Masukkan email dan password. Verifikasi lewat link yang dikirim. Selesai.”
🧩 37. Sukses (Successful)
✍️ Nada penuh pencapaian dan kebanggaan. Menggambarkan keberhasilan nyata.
🎯 Cocok untuk testimoni, studi kasus, atau corporate milestone.
🧠 Prompt:
“Tulis kisah sukses alumni program digital marketing, tone sukses.”
📎 Contoh kalimat:
“Hanya dalam 3 bulan setelah ikut program ini, omzet bisnisnya naik dari 20 juta ke 150 juta per bulan.”
🧩 38. Tanya-Jawab (If-Then)
✍️ Menjelaskan sesuatu berbasis logika kondisi. Kalau A, maka B.
🎯 Cocok untuk troubleshooting, edukasi teknis, automasi.
🧠 Prompt:
“Tulis FAQ produk skincare, tone if-then.”
📎 Contoh kalimat:
“Kalau kamu punya kulit berminyak, maka pilih varian ‘Oil Control’. Tapi kalau kulitmu kering, gunakan ‘Hydra Boost’.”
🧩 39. Terbuka (Inclusive)
✍️ Mengakomodasi semua kalangan. Tidak diskriminatif, ramah semua gender, usia, latar belakang.
🎯 Cocok untuk brand sosial, NGO, pendidikan umum.
🧠 Prompt:
“Tulis visi misi organisasi pendidikan, tone terbuka.”
📎 Contoh kalimat:
“Kami percaya setiap orang — siapa pun dia, dari mana pun asalnya — berhak mendapatkan akses pendidikan berkualitas.”
🧩 40. Terus Terang (Honest)
✍️ Blak-blakan, apa adanya. Tidak dipoles, tapi tetap sopan.
🎯 Cocok untuk curhat founder, klarifikasi, atau minta maaf ke audiens.
🧠 Prompt:
“Tulis pengakuan brand pernah gagal campaign, tone terus terang.”
📎 Contoh kalimat:
“Kita pernah bikin kesalahan. Campaign yang kita jalankan tidak sesuai harapan. Tapi dari situlah kita belajar banyak.”
🧩 41. Tersembunyi (Secretive)
✍️ Membuat penasaran, sengaja tidak membuka semua informasi. Gaya misterius.
🎯 Cocok untuk teaser produk, campaign launch, storytelling suspense.
🧠 Prompt:
“Tulis teaser produk baru tanpa menyebut nama produk, tone tersembunyi.”
📎 Contoh kalimat:
“Sesuatu sedang kami siapkan. Sesuatu yang akan mengubah cara kamu melihat dunia. Tunggu tanggal mainnya.”
🧩 42. Tegas (Assertive)
✍️ Mirip tone asertif sebelumnya, tapi lebih pendek, langsung, dan powerful.
🎯 Cocok buat CTA, pernyataan sikap, atau larangan.
🧠 Prompt:
“Tulis peringatan untuk pelanggaran aturan event, tone tegas.”
📎 Contoh kalimat:
“Dilarang membawa senjata tajam. Siapa pun yang melanggar akan ditindak tegas.”
🧩 43. Tenang (Calm)
✍️ Nada damai, minim intensitas emosi. Menenangkan, bisa buat konten relaksasi.
🎯 Cocok untuk meditasi, konten slow living, edukasi mindful.
🧠 Prompt:
“Tulis panduan meditasi singkat, tone tenang.”
📎 Contoh kalimat:
“Tarik napas dalam… dan hembuskan perlahan. Rasakan tubuhmu menjadi ringan. Kamu tidak perlu buru-buru.”
🧩 44. Ungkapan Perasaan (Emotional Statements)
✍️ Menjelaskan perasaan secara eksplisit. Bisa campur: senang, marah, sedih, bangga.
🎯 Cocok untuk curhat, surat cinta, campaign empati.
🧠 Prompt:
“Tulis pesan untuk sahabat yang akan merantau jauh, tone ungkapan perasaan.”
📎 Contoh kalimat:
“Jujur, aku sedih kamu pergi. Tapi aku juga bangga kamu berani ambil langkah besar. Dunia di luar sana menunggumu.”
🧩 45. Wibawa (Authoritative)
✍️ Nada meyakinkan dan punya otoritas. Dipakai untuk menyampaikan sesuatu dengan kepercayaan tinggi dan leadership.
🎯 Cocok untuk guidance, pelatihan, pengumuman resmi, atau speech.
🧠 Prompt:
“Tulis arahan untuk tim marketing yang kinerjanya menurun, tone wibawa.”
📎 Contoh kalimat:
“Mulai hari ini, kita evaluasi setiap campaign. Bukan untuk menyalahkan, tapi memastikan tim ini kembali ke jalur yang seharusnya — unggul.”
Cara Agar Tidak Terdeteksi AI, Mainkan Writing Style
Kita sudah belajar mengenai tone of voice, lengkapi prompt dengan menyisipkan writing style.
Ada sejumlah writing style dalam AI yang bisa kamu implementasikan.
🧩 1. Akademik (Academic)
✍️ Formal, objektif, pakai bahasa teknis sesuai bidang ilmu. Biasanya punya struktur: latar belakang, pembahasan, dan referensi.
🎯 Cocok untuk jurnal, skripsi, tesis, artikel ilmiah, atau konten edukasi serius.
🧠 Prompt:
“Tulis artikel tentang dampak AI di dunia kerja dengan gaya akademik.”
📎 Contoh kalimat:
“Perkembangan Artificial Intelligence (AI) menunjukkan pergeseran paradigma dalam struktur ketenagakerjaan global, sebagaimana dikemukakan oleh Brynjolfsson dan McAfee (2014).”
🧩 2. Analitis (Analytical)
✍️ Memecah suatu isu atau data jadi bagian-bagian kecil untuk dianalisis. Biasanya fokus ke hubungan sebab-akibat, atau pola tersembunyi.
🎯 Cocok buat laporan riset, strategi bisnis, evaluasi performa, atau ulasan mendalam.
🧠 Prompt:
“Analisis alasan kenapa banyak UKM gagal di tahun pertama, gaya penulisan analitis.”
📎 Contoh kalimat:
“Tiga faktor utama yang menyebabkan kegagalan UKM adalah lemahnya perencanaan, minimnya diferensiasi produk, dan ketergantungan pada pemasukan jangka pendek. Ketiganya saling berkaitan dan mempercepat kebangkrutan.”
🧩 3. Argumentatif (Argumentative)
✍️ Meyakinkan pembaca tentang satu sudut pandang dengan dukungan fakta, logika, atau testimoni. Biasanya mengandung klaim, alasan, dan bukti.
🎯 Cocok buat opini, artikel debat, pitch bisnis, atau kampanye publik.
🧠 Prompt:
“Buat tulisan yang mendukung kebijakan work from home secara permanen, gaya argumentatif.”
📎 Contoh kalimat:
“Work from home bukan hanya tren sesaat. Ini solusi permanen yang meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya operasional, dan memperluas akses talenta lintas kota.”
🧩 4. Berbentuk Percakapan (Conversational)
✍️ Santai, kayak ngobrol sama temen. Pakai bahasa lisan, mungkin ada pertanyaan, interjeksi, atau gaya sehari-hari.
🎯 Cocok untuk blog, email marketing, konten edukasi ringan.
🧠 Prompt:
“Tulis tentang pentingnya backup data dengan gaya percakapan.”
📎 Contoh kalimat:
“Lo pernah nggak, file penting hilang gara-gara laptop ngadat? Sakitnya tuh kayak putus cinta. Makanya, backup itu kudu!”
🧩 5. Kreatif (Creative)
✍️ Bebas, penuh imajinasi. Bisa pakai metafora, alur tidak linier, atau gaya unik untuk menyampaikan ide.
🎯 Cocok buat storytelling brand, novel, puisi bebas, atau campaign unik.
🧠 Prompt:
“Tulis deskripsi brand kopi dengan gaya kreatif.”
📎 Contoh kalimat:
“Kopi kami bukan sekadar minuman. Ia adalah waktu yang meleleh perlahan di antara aroma pagi dan langkah-langkah pelan menuju mimpi.”
🧩 6. Kritikal (Critical)
✍️ Menilai sebuah gagasan atau karya secara objektif. Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dengan data dan logika.
🎯 Cocok untuk review buku/film, evaluasi kebijakan, artikel reflektif.
🧠 Prompt:
“Tulis ulasan kritis tentang buku ‘The Lean Startup’.”
📎 Contoh kalimat:
“Meskipun pendekatan ‘Build-Measure-Learn’ efektif dalam konteks startup teknologi, buku ini kurang membahas risiko model bisnis di sektor tradisional.”
🧩 7. Deskriptif (Descriptive)
✍️ Menggambarkan secara detail suatu tempat, objek, suasana, atau karakter. Fokusnya adalah pencitraan yang kuat di benak pembaca.
🎯 Cocok untuk cerita fiksi, konten wisata, kuliner, atau ulasan produk.
🧠 Prompt:
“Tulis deskripsi suasana kafe di sore hari dengan gaya deskriptif.”
📎 Contoh kalimat:
“Aroma kopi menyatu dengan semilir angin sore. Cahaya matahari masuk dari jendela besar, memantul di lantai kayu yang hangat. Di pojok, alunan jazz pelan-pelan membungkus ruangan.”
🧩 8. Epigrammatis (Epigrammatic)
✍️ Singkat, tajam, biasanya berisi sindiran atau kebijaksanaan. Mirip quote atau kalimat punchline.
🎯 Cocok untuk caption, tagline, kutipan di slide, atau konten reflektif.
🧠 Prompt:
“Buatkan 3 kalimat epigrammatis tentang kebiasaan menunda pekerjaan.”
📎 Contoh kalimat:
“Waktu tak menunggu. Tapi penundaan selalu berharap ada esok.”
“Menunda bukan istirahat. Itu cuma utang waktu.”
“Semua sukses dimulai dari niat yang tidak ditunda.”
🧩 9. Epistolary (Epistolary)
✍️ Gaya tulisan berbentuk surat atau korespondensi. Bisa fiksi (novel surat) atau nyata (email, surat terbuka).
🎯 Cocok untuk storytelling personal, surat cinta, surat terbuka, atau email marketing yang intimate.
🧠 Prompt:
“Tulis surat dari seorang ayah kepada anaknya yang mau merantau, gaya epistolary.”
📎 Contoh kalimat:
“Nak,
Di kotak kecil koper itu, Ayah titipkan bukan cuma baju, tapi juga harapan. Jadilah manusia yang tetap pulang, walau sejauh apa pun kau melangkah.”
🧩 10. Ekspositori (Expository)
✍️ Menjelaskan suatu ide, proses, atau informasi secara objektif dan terstruktur. Fokusnya adalah kejelasan dan urutan logis.
🎯 Cocok untuk tutorial, ensiklopedia, modul pembelajaran, blog edukatif.
🧠 Prompt:
“Jelaskan proses kerja solar panel dengan gaya ekspositori.”
📎 Contoh kalimat:
“Panel surya menyerap cahaya matahari melalui sel fotovoltaik. Cahaya tersebut diubah menjadi listrik DC, lalu dikonversi ke AC melalui inverter sebelum digunakan di rumah.”
🧩 11. Informatif (Informative)
✍️ Fokus pada penyampaian data atau fakta yang berguna tanpa banyak opini. Boleh dikombinasi dengan gaya lain.
🎯 Cocok untuk artikel blog, presentasi, leaflet produk, edukasi publik.
🧠 Prompt:
“Tulis 5 manfaat vitamin D bagi tubuh dengan gaya informatif.”
📎 Contoh kalimat:
“Vitamin D membantu penyerapan kalsium, mendukung kesehatan tulang, menjaga fungsi imun, memperbaiki suasana hati, dan menurunkan risiko infeksi pernapasan.”
🧩 12. Instructif (Instructive)
✍️ Memberikan arahan atau langkah-langkah. Fokus pada kejelasan, urutan, dan tindakan.
🎯 Cocok untuk manual, SOP, panduan pemula, tutorial langkah demi langkah.
🧠 Prompt:
“Tulis cara menyeduh kopi tubruk dengan gaya instructif.”
📎 Contoh kalimat:
“1. Masukkan 2 sendok makan kopi ke dalam gelas.
Tuang air panas mendidih.
Aduk perlahan.
Diamkan 3–5 menit hingga ampas mengendap.
Siap diseruput.”
🧩 13. Journalistik (Journalistic)
✍️ Gaya khas berita: objektif, padat, dan mengikuti struktur piramida terbalik (yang paling penting duluan).
🎯 Cocok untuk press release, artikel berita, update resmi.
🧠 Prompt:
“Tulis berita singkat tentang peluncuran produk baru Apple, gaya jurnalistik.”
📎 Contoh kalimat:
“Apple resmi meluncurkan iPhone 16 pada Senin (15/4). Produk ini dilengkapi chip A18 Bionic dan fitur kamera night vision pertama di dunia.”
Apakah kamu bisa merasakan bedanya dari masing masing writing style ini?
🧩 14. Metaforis (Metaphorical)
✍️ Menggunakan perumpamaan, kiasan, atau analogi untuk menjelaskan sesuatu dengan cara yang lebih berwarna dan dalam.
🎯 Cocok buat storytelling, puisi, tulisan spiritual, atau kampanye branding yang ingin ‘menyentuh’.
🧠 Prompt:
“Tulis deskripsi tentang perjalanan hidup dengan gaya metaforis.”
📎 Contoh kalimat:
“Hidup ini seperti sungai. Kadang tenang, kadang deras. Tapi selalu mencari jalan menuju samudera.”
🧩 15. Naratif (Narrative)
✍️ Gaya bercerita dengan alur: ada awal, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Cocok untuk menyampaikan pesan lewat kisah.
🎯 Cocok untuk blog, email story, kisah sukses, studi kasus, fiksi.
🧠 Prompt:
“Tulis kisah sukses seorang penjual makanan keliling jadi pemilik resto, gaya naratif.”
📎 Contoh kalimat:
“Setiap pagi, Pak Rudi mendorong gerobak baksonya di tengah kabut. Tak ada yang menyangka, 10 tahun kemudian, antrean di restorannya bisa mengular hingga ke jalan raya.”
🧩 16. Persuasif (Persuasive)
✍️ Meyakinkan pembaca agar mengambil tindakan tertentu. Biasanya mengandung logika + emosi + ajakan (CTA).
🎯 Cocok untuk landing page, iklan, copywriting, pitch produk, kampanye.
🧠 Prompt:
“Tulis teks promosi untuk workshop digital marketing, gaya persuasif.”
📎 Contoh kalimat:
“Punya produk bagus tapi bingung jualannya? Workshop ini akan mengubah caramu melihat iklan. Daftar sekarang — tempat terbatas!”
🧩 17. Puitis (Poetic)
✍️ Mengandung ritme, imajinasi, dan keindahan bahasa. Nggak harus jadi puisi utuh, tapi punya efek ‘indah’ di telinga.
🎯 Cocok untuk konten sastra, karya seni, brand emosional, atau kampanye cinta.
🧠 Prompt:
“Tulis ucapan terima kasih untuk guru, gaya puitis.”
📎 Contoh kalimat:
“Langkah kami mungkin tak searah, tapi jejakmu selalu ada di jalan yang kami tempuh.”
🧩 18. Satiris (Satirical)
✍️ Mengkritik sesuatu secara tajam tapi lewat humor, ironi, atau sindiran. Sering dipakai untuk isu sosial atau politik.
🎯 Cocok untuk editorial, meme cerdas, konten kritik sosial, atau kampanye kesadaran publik.
🧠 Prompt:
“Tulis sindiran tentang budaya flexing di media sosial, gaya satiris.”
📎 Contoh kalimat:
“Karena makan mie instan di dapur itu terlalu mainstream, maka mereka pilih makan ramen 300 ribu sambil selfie — biar dunia tahu kalau lapar pun harus aesthetic.”
🧩 19. Teknis (Technical)
✍️ Penuh istilah teknis dan prosedural. Fokus pada presisi dan keakuratan. Gaya ini biasanya nggak bermain gaya bahasa, langsung to the point.
🎯 Cocok untuk dokumentasi produk, panduan teknis, paper sains, coding docs.
🧠 Prompt:
“Tulis dokumentasi penggunaan API login, gaya teknis.”
📎 Contoh kalimat:
“Untuk mengakses endpoint /login, kirim permintaan POST dengan parameter email dan password. Response akan mengembalikan token dalam format JSON.”
🧩 20. Gabungan Gaya (Kombinatif)
✍️ Kadang kamu bisa mix 2–3 gaya untuk hasil yang unik. Misalnya naratif + metaforis, atau informatif + persuasif. Ini bukan gaya khusus, tapi pendekatan fleksibel.
🎯 Cocok untuk konten storytelling edukatif, landing page yang engaging, atau email promosi yang lembut tapi kuat.
🧠 Prompt:
“Tulis cerita perjalanan bisnis UMKM pakai gaya naratif + persuasif.”
📎 Contoh kalimat:
“Dulu kami cuma jualan di emperan. Tapi dengan strategi digital marketing yang tepat, omzet naik 5x lipat. Kamu juga bisa. Daftar pelatihannya sekarang.”
Mainkan Roleplay, Supaya Artikel ChatGPT Tidak Robot Banget
Berikut adalah 10 teknik prompting berbasis peran dan pendekatan kreatif yang bisa bikin hasil dari AI makin unik, berwarna, dan terasa ditulis oleh manusia beneran:
🧩 1. Explain Like I’m 5
Kaidah: Minta AI jelaskan sesuatu dengan gaya bahasa anak umur 5 tahun.
Manfaat: Cocok banget buat yang baru banget belajar topik berat, dan pengen mulai dari dasar. Kadang kita gengsi nanya, tapi AI gak akan ngejudge.
Contoh prompt: Jelaskan apa itu Bitcoin seolah-olah saya anak kecil umur 5 tahun. Pakai bahasa sederhana dan contoh sehari-hari.
🧩 2. Examples and Analogies
Kaidah: Minta AI bantu carikan analogi dan contoh nyata yang relevan biar ide abstrak jadi “klik”.
Manfaat: Kadang teori itu ngawang, tapi ketika dibawa ke dunia nyata atau diibaratkan, jadi lebih gampang diserap.
Contoh prompt: Jelaskan konsep “machine learning” dengan analogi dunia nyata seperti belajar naik sepeda atau masak mie instan.
🧩 3. Motivation
Kaidah: Gunakan AI untuk bantu jaga semangat belajar, kasih tips konsistensi.
Manfaat: Cocok buat kamu yang sering semangat di awal, terus ngerasa stuck, atau bingung mau lanjut dari mana.
Contoh prompt: Saya sedang kesulitan jaga semangat belajar SEO. Tolong bantu saya dengan strategi jaga konsistensi dan motivasi pribadi.
🧩 4. Role-Play
Kaidah: Simulasikan situasi nyata lewat percakapan. Seolah-olah kamu lagi role-play sama mentor atau klien.
Manfaat: Keren buat latihan public speaking, pitching, interview kerja, atau konsultasi dengan klien.
Contoh prompt: Yuk simulasi: saya adalah pemilik bisnis laundry, kamu jadi konsultan digital marketing. Kasih saya masukan dan pertanyaan.
🧩 5. Study Plan
Kaidah: Minta AI bantu bikin peta belajar step by step sesuai waktu dan tujuanmu.
Manfaat: Cocok banget buat belajar topik baru biar gak bingung mulai dari mana, gak burnout di tengah jalan.
Contoh prompt: Buatkan saya rencana belajar digital marketing dari nol selama 30 hari. Sertakan materi, latihan, dan milestone-nya.
🧩 6. Quiz
Kaidah: Uji pemahaman lewat kuis buatan AI.
Manfaat: Belajar tanpa evaluasi itu setengah jalan. Dengan kuis, kamu tahu bagian mana yang udah paham dan mana yang perlu diulang.
Contoh prompt: Buatkan saya kuis 10 soal tentang copywriting untuk iklan Meta Ads, lengkap dengan jawaban dan penjelasannya.
🧩 7. Mindmap
Kaidah: Minta AI bantu bikin mindmap biar topik kompleks bisa dilihat gambaran besarnya.
Manfaat: Visualisasi itu penting. Mindmap bikin kita ngerti hubungan antar konsep.
Contoh prompt: Buatkan mindmap tentang dunia AI: jenis-jenisnya, manfaatnya, dan tools yang bisa digunakan.
🧩 8. Expert Roundtable
Kaidah: Simulasikan diskusi panel para ahli, dan kamu bisa jadi moderator atau penonton yang belajar dari mereka.
Manfaat: Dapat insight dari berbagai sudut pandang, seolah kamu lagi ikut konferensi atau diskusi meja bundar.
Contoh prompt: Simulasikan diskusi antara 3 ahli tentang strategi meningkatkan closing rate di WhatsApp marketing.
🧩 9. Mental Associations
Kaidah: Buat kaitan mental atau asosiasi yang bikin materi lebih nempel di kepala.
Manfaat: Bantu kamu mengingat konsep rumit dengan cara yang lebih ‘nyantol’.
Contoh prompt: Bantu saya buat asosiasi mental yang bikin saya gampang ingat perbedaan antara CPC, CPM, dan CTR di iklan digital.
🧩 10. Improve What You Have
Kaidah: Minta AI review tulisan, presentasi, atau hasil kerja kamu, dan beri saran perbaikannya.
Manfaat: Feedback cepat dan personal untuk meningkatkan kualitas hasil belajar atau kerjaan.
Contoh prompt: Ini draft iklan saya untuk workshop Facebook Ads. Tolong review dan beri saran perbaikannya dari sisi SellSpell dan struktur ClickCanvas.
✨ Makin tajam dong prompting-nya dengan menambah aneka variasi ini?
Gunakan ini sebagai toolkit utama biar kamu bisa ajak AI kerja bareng bukan cuma jadi mesin jawab, tapi partner berpikir dan bertumbuh!
🧪 Jamu Sakti ‘Prompt AI Humanizer
Cara agar tulisan tidak terdeteksi menggunakan AI, mau tidak mau kita perlu melakukan eliminasi terhadap ciri-ciri khas yang biasa muncul dalam hasil chat AI.
Saya mengidentifikasi beberapa hal penting. Kamu juga bisa menambahkan observasi pribadi ke dalam prompt-nya. Kalau ampuh, kabari di kolom komentar ya! 😉
Gunakan prompt berikut:
Kamu adalah editor profesional bahasa Indonesia yang paham gaya penulisan manusiawi dan natural khas penulis lokal Indonesia.
Tugas kamu adalah melakukan *AI humanizing* terhadap artikel berikut ini agar:
1. Terdengar alami, seperti ditulis oleh manusia yang sedang ngobrol atau berbagi cerita
2. Mengikuti struktur tata bahasa Indonesia yang benar, terutama pola SPOK (Subjek – Predikat – Objek – Keterangan)
3. Tidak memulai kalimat dengan kata depan seperti “dengan”, “dalam”, “untuk”, kecuali memang sesuai konteks dan tidak terasa janggal
4. Menghindari kesimpulan yang kaku atau klise. Sebagai gantinya:
- Akhiri dengan pertanyaan retoris,
- Atau ajakan berdiskusi,
- Atau kutipan inspiratif,
- Atau ajakan membagikan artikel.
Acak penggunaannya, jangan selalu berakhir dengan kesimpulan.
5. Gunakan bullet dan numbering hanya jika poinnya memang lebih dari satu dan memang perlu dipisahkan.
Setiap bullet/number harus memiliki penjelasan pendukung minimal 2 paragraf.
Jika hanya 1 poin, jadikan paragraf biasa saja.
6. Ubah paragraf yang terlalu panjang jadi 1–3 kalimat per paragraf agar nyaman dibaca di HP.
7. Gunakan gaya bahasa naratif, non-formal, ringan, namun tetap informatif dan enak dibaca. Sesuai gaya penulisan blog pribadi atau konten edukatif.
8. Tambahkan rasa empati dan nada antusias jika membahas manfaat.
9. Sesuaikan diksi agar tidak terasa seperti terjemahan atau hasil AI.
Artikel yang ingin dihumanizer-kan ada di bawah ini. Tolong edit dengan memperhatikan semua ketentuan di atas tanpa mengubah makna inti:
[MASUKKAN ARTIKEL DI SINI]
💡 Teknik Humanize AI Writing Lewat Prompting
Biar tulisan AI kamu gak terasa datar, kaku, atau “berbau robot”, kamu bisa mulai ngakalin AI-nya dari cara kasih prompt. Berikut ini dua teknik dasar yang terbukti ampuh:
📚 1. Minta AI Menulis Sesuai Tingkat Literasi (Reading Level)
Penulis manusia itu secara alami bakal menyesuaikan gaya nulisnya berdasarkan siapa yang bakal baca. Nah, AI juga bisa kayak gitu—asal kamu kasih arahan yang jelas.
🧠 Contoh Prompt:
- “Tulis artikel tentang investasi saham dengan gaya yang mudah dipahami oleh pelajar SMA.”
- “Tolong buat penjelasan tentang blockchain untuk pembaca level S1 jurusan ekonomi.”
- “Tuliskan bahasan krisis iklim dengan gaya akademik setara mahasiswa S2.”
- “Buatkan ulasan buku dengan kedalaman seperti disertasi, tapi tetap enak dibaca.”
🎯 Manfaatnya:
- Gaya kalimat dan struktur lebih natural, sesuai pembacanya
- Istilah dan logika argumen lebih relevan dengan latar belakang pembaca
- Mempermudah AI berpikir dalam konteks sosial dan kebiasaan bahasa tertentu
🖋️ 2. Tiru Gaya Penulis Terkenal (Mimic Author’s Style)
Manusia punya gaya menulis yang khas. Dan AI bisa kamu “sihir” supaya ikut gaya siapa pun, dari penulis lokal sampai dunia. Cukup tambahkan gaya sebagai bagian dari prompt-mu.
🧠 Contoh Prompt:
- “Tulis dengan gaya Raditya Dika: personal, lucu, kadang self-deprecating.”
- “Tulis seperti Andrea Hirata: puitis, penuh majas, dan menyentuh.”
- “Gunakan gaya penulisan ala Malcolm Gladwell: analitis, naratif, dan kaya insight.”
- “Tiru gaya Seth Godin: pendek, to the point, tapi penuh makna.”
- “Tulis layaknya blog post Mark Manson: nyablak, blak-blakan, dan pakai bahasa sehari-hari.”
📎 Tips Tambahan:
- Gaya ringan kekinian? → “Tulis kayak blog Zarry Hendrik.”
- Storytelling berbobot? → “Tulis ala Yuval Noah Harari.”
- Motivasi bisnis? → “Tulis kayak Gary Vee.”
- Sopan dan inspiring? → “Gunakan gaya Oprah Winfrey.”
🧪 Prompt Gabungan (Ultimate Prompt)
Kalau mau hasil maksimal dan multidimensi, kombinasikan semuanya:
💡 Contoh 1:
Tulis artikel tentang pentingnya punya dana darurat, dengan gaya Raditya Dika, level bacanya cocok buat anak SMA, tone-nya akrab dan naratif, serta selipkan analogi yang lucu tapi masuk akal.
💡 Contoh 2:
Tulis tentang cara kerja QRIS, dengan gaya Seth Godin, langsung ke intinya, to the point, tidak terlalu panjang, tapi deep.
💡 Contoh 3 (Anjrah Style):
Tulis artikel tentang keunggulan landingpage satu halaman untuk jualan online, dengan gaya khas blog AnjrahWeb.com: naratif, personal, kayak ngobrol, pakai pertanyaan retoris, dan tone edukatif. Target pembacanya pebisnis pemula dan pemilik UMKM. Jangan kasih kesimpulan di akhir, tapi tutup dengan pertanyaan atau ajakan komentar/share.
Sejutaaaaa jurus saya sudah kasih, semoga bisa bermanfaat ya. Kalau sudah coba, ingat komentar hasilnya bagaimana 😉
Tak Ada Puasnya Belajar AI
Kalau kamu merasa tulisan ini bermanfaat, boleh banget kamu share ke tim content-mu, ke circle penulis, atau bahkan ke teman yang baru kenal ChatGPT.
Makin banyak yang belajar bikin AI jadi partner nulis yang powerful, makin asik masa depan kita bareng teknologi.
Penyusun
Anjrah Ari Susanto, S.Psi., C.DMS
AI Enthusiast, Digital Strategist, & Business Coach
Follow My Sosmed:
TikTok | YouTube | Instagram | Facebook
No comment yet, add your voice below!