Tema bahasan general internet marketing, blogging, serta dunia internet. Saya sajikan di kategori artikel. Kadang sesuatu yang saya tulis namun tidak masuk dikategori lain, ujung ujungnya juga saya masukan ke bagian Artikel saja. Wkakaka biar praktis.
Anjrah Web – Aku nemu quote yang menampar wajahku pagi ini, yaitu, “If you dont know where you want to be in 5 years you are already there“. Terjemahan singkatnya sih,
“Kalau kamu tidak pernah tahu seperti apa yang bakal dirimu dapatkan 5 tahun yang akan datang, maka nggak jauh berbeda, 5 tahun yang akan datang kehidupanmu juga sama aja seperti sekarang ini”.
Ni quote kayak mbangunkan aku dari tidur. Aku baru nyadar jalan beberapa waktu ini sekedar jalan, belum merumuskan goal yang clear mengenai lima tahun yang akan datang apa yang mau gue capai.
Ya,, apa visi dan misi gue lima tahun yang akan datang? ni perlu serius dipikirkan, kalau tidak, lima tahun yang akan datang gue juga masih aja seperti hari ini.
Tentu, gue nggak bakalan mau kalau masih begini adanya. Gue pengen jauh jauh jauh lebih baik, jauh lebih banyak yang bisa disyukuri dan dibagi ke orang yang gue sayangi.
Agar punya kesamaan frame berpikir, kita definisikan dulu ya, apa itu produk digital / non digital dalam konteks artikel yang saya buat:
Produk digital: Segala produk/jasa yang sifatnya downloadable atau ketika kita mau menggunakannya kita harus menggunakan akses internet karena produknya diletakkan di server tertentu. Contoh gampangnya: orang jualan software, theme wordpress,ebook, layanan tertentu yang berbasis website ketika kita mau mempergunakannya. Beberapa diantaranya sudah saya kupas pada materi Theme dan Software SEO.
Produk nondigital: Segala produk/jasa yang sifatnya membutuhkan serah terima langsung di offline. Contoh paling mudah ya toko online baju, orang jual baju difacebook, ada orang order, barang dikirim melalui jasa ekspedisi, lalu barang sampai ke tangan customer.
Aku tertarik sama tulisan Pak Anthony Dio Martin ketika ada tawaran praktek suap ( sogokan/ pelicin / fee atasan / memberi uang dan sebagainya kepada petugas , dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam suatu urusan) agar timnya bisa menjalankan kerjasama pelatihan dengan perusahaan tertentu. Uniknya di alasan penolakan dia mengenai suap itu, Berikut Alasannya:
kalau kita sudah terbiasa berbisnis degan cara-cara seperti itu. Seperti yang telah saya katakan di atas (dengan mau menerima suap)…..Maka akibatnya, otot berbisnis kita yang sesungguhnya jadi tidak terlatih. Otak dan pikiran kita jadi sibuk mencari-cari cara berbisnis seperti itu terus-menerus. Mencari cara dimana ada perusahaan yang orangnya gampang diberi sogokan.
Pikiran Andapun sibuk mencari bagaimana caranya memberi sogokan yang tidak ketahuan, yang membuat Anda dipilih. Pikiran Ada pun jadi sibuk: sogokan berapa ya? Bagusnya kasih berapa ya? Apa sogokan yang paling bagus kukasiin ya? Gimana caranya kenal orang yang membuat keputusan membeli itu dan gimana bisa menyogok orang itu?
Nah, lama kelamaan pikiran bisnis kita pun jadi tidak berkembang diganti oleh kesibukan mencari-cari celah seperti itu. Ingatlah…SEBAB KEMANA KITA MEMFOKUSKAN NIAT KITA, KESANALAH PIKIRAN KITA SETIAP HARI AKAN DIARAHKAN!
Terus Terang aku sendiri menemukannya setidaknya dalam beberapa bidang usaha yang saya pernah dulu nunut ngiyup di dalamnya. Bahkan Dunia Suap Menyuap Dalam Bisnis di bidang usaha tersebut bagi yang memang dunia oriented, sudah seperti barang wajib dan wajar. Atasan departemen X dikasih suap supaya kita dapat proyek ‘life time / sampai terus mendapatkan badut yang bisa di suap’ di sana.
Pentingnya Nilai Sebagai INTI BISNIS
Kembali ke tema bahasan, Maka penting bagi usaha kita, usaha dibangun dengan landasan nilai dan prinsip yang kokoh. Kalau bahasa pak Heppy Trenggono dalam ceramah – ceramahnya atau ada juga dalam buku 9 pertanyaan fundamental beliau menyatakan kalau mau bisnis harus jelas nilai apa yang mau kita bela.
Bisnis yang tidak memiliki Nilai yang dibelanya, akan gampang goyah. Mudah di ‘warnai’ oleh aneka dinamika usaha yang dia hadapi. Sama istilahnya kalau diarahkan ke diri pribadi, manusia itu harus punya nilai dalam dirinya. Ia harus memiliki identitas diri didasari nilai nilai yang unggul dan mulia.
Misalnya, kita sudah mendeklarasikan diri kita sebagai bisnis / pribadi yang hidup dengan nilai kejujuran. Konsistenlah dengan kejujuran yang sudah dicanangkan. Kalaulah kita jadikan Islam agama kita sebagai landasan utama bisnis kita, maka kalau hubungannya dengan dunia suap menyuap sudah terang ada hadist dari rasulullah shalalallahu ‘alaihi wasalam atas keharaman suap, ya NO aja jawabnya buat urusan suap.
Hadistnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam, Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu , ia berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaknat yang memberi suap dan yang menerima suap”.[HR At-Tirmidzi, 1/250; Ibnu Majah, 2313 dan Hakim, 4/102-103; dan Ahmad 2/164,190. Syaikh Al-Albani berkata,”Shahih.” Lihat Irwa’ Ghalil 8/244]
Naaah, sekarang pertanyaan sebagai oleh oleh dari artikel Dunia Suap Menyuap Dalam Bisnis adalah “Apa nilai – nilai yang anda pegang serta anda pegang teguh sebagai pondasi yang menjaga ‘tegaknya’ diri dan bisnis anda?”. Rincikan nilai nilai tersebut, karena bisa jadi ada orang / bisnis yang disuap menggunakan uang, dia tegar. Di sisi lain, di suap menggunakan wanita cantik / layanan seks oleh cowok super macho, wah luar biasa tantangannya, masihkah akan tetap di ‘jalur bisnis yang benar’?.